
Sahabat Umroh riau, Adalah Muhammad Kamal Ismail. Seorang arsitek yang berasal dari Mesir. Salah satu pencapaian terbesarnya ialah pembangunan Masjidil Haram dan Masjid Nabawi, yang ditugaskan kepadanya oleh Raja Fahd bin Abdul Aziz.
Dilansir dari Isma Times, Muhammad Kamal Ismail disebutkan sebagai orang termuda dalam sejarah Mesir yang memperoleh sertifikat sekolah menengah, yang lanjut terdaftar di Royal School of Engineering untuk pertama kalinya, dan kembali menjadi yang termuda selepas lulus dari sekolah itu.
Ia kemudian dikirim ke Eropa untuk mendapatkan tiga gelar doktor dalam Arsitektur Islam. Tak hanya itu, ia juga mendapatkan syal “Nil” dan pangkat “Besi” dari sang raja.
Kamal Ismail baru menikah saat menginjak usia 44 tahun. Ia dikaruniai seorang putra namun sayang, ia kehilangan keduanya saat istrinya melahirkan. Selepas itu, ia tetap melajang dan mengabdikan seluruh hidupnya kepada Allah subhanahu wa ta’ala hingga hembusan nafas terakhirnya.
Hidupnya selama hampir genap seratus tahun ia habiskan untuk membangun dua masjid suci, yang jauh dari sorotan media massa, popularitas dan juga uang. Bahkan, ia terang-terangan menolak bayaran sepeserpun sebagai penghargaan atas desain arsitekturnya.
Ia lantas mengembalikan cek yang ditawarkan Raja Fahd dan perusahaan Bin Laden. Ia mengatakan, “Mengapa saya harus menerima uang (untuk pekerjaan yang saya lakukan) atas dua masjid suci ini, bagaimana nantinya saat saya menghadap Allah Subhanahu wa Ta’ala (di yaumul hisab)?”
Dalam proses merancang masjid suci itu, Muhammad Kamal Ismail menyuguhkan gagasan untuk menggunakan marmer khusus yang akan menutupi lantai Masjidil Haram. Lantai ini biasa dipakai untuk tawaf. Marmer dipilih karena kelebihannya, yakni berbahan anti panas.Marmer tersebut hanya tersedia di gunung kecil di Yunani.
Demi mewujudkan arsitektur sesuai rancangannya, ia melakukan perjalanan ke Yunani, dan menandatangani kontrak untuk membeli jumlah yang cukup untuk seluruh lapisan dasar dari Masjidil Haram, yakni sekitar hampir dari setengah gunung.
Saat kembali ke Makkah, ia mendapati marmer tersebut telah datang dan segera menempatkan marmer-marmer itu di lantai masjid suci tersebut hingga rampung.
Selang 15 tahun berlalu, pemerintah Saudi kembali menghubunginya dan meminta jenis marmer serupa untuk melapisi dasar masjid suci di Madinah (Masjid Nabawi). Mendengar permintaan tersebut, Kamal menjadi cukup bingung karena hanya ada satu tempat yang memproduksi marmer ini, yakni Yunani.
Terlebih transaksi yang pernah ia lakukan sudah sangat lama terjadi. Kamal kemudian bergegas pergi ke perusahaan yang dulu ia sambangi di Yunani dan izin untuk bertemu dengan pemimpin perusahaan itu.
Saat menanyakan sisa marmer yang masih tersimpan, pemilik perusahaan itupun mengatakan bahwa semuanya telah terjual setelah Kamal membelinya 15 tahun silam.
Bersedih, Kamal kemudian meninggalkan gedung itu seraya mengatakan pada sekretaris di sana untuk memberitahunya jika mengetahui keberadaan seseorang yang membeli sisa stok marmer terakhir saat itu.
Responsnya mengatakan bahwa hal tersebut cukup sulit, lantaran ia harus membuka kembali catatan lama beberapa tahun silam untuk mengetahui keberadaan pembeli itu. Kamal pun berserah diri, berharap Allah akan mengizinkan sesuatu hal baik akan terjadi.
Tak disangka, hari berikutnya, sekretaris memberitahu Kamal melalui panggilan telepon bahwa ia menemukan alamat pembeli. Ia pun kembali menuju kantor marmer tersebut dan melihat alamatnya, seketika ia merasa kaget lantaran alamat pembeli yang tertulis ialah sebuah perusahaan Arab Saudi.
Ia pun langsung bergegas untuk kembali ke Arab Saudi pada hari yang sama, dan sesampainya, ia segera menuju ke perusahaan yang membeli marmer tersebut. Di sana dia bertemu dengan pimpinan perusahaan dan bertanya tentang marmer yang dibelinya dari Yunani belasan tahun silam.
Ternyata marmer putih tersebut belum digunakan sama sekali oleh perusahaan Arab Saudi. Bahkan perusahaan tersebut tidak menggunakan sedikit pun marmer Yunani.
Mendengar hal tersebut, Muhammad Kamal Ismail menangis seraya menyodorkan cek kosong (tanpa menulis besaran nilai transaksi) kepada pemilik marmer dan memintanya menuliskan jumlah yang diinginkannya.
Ketika pimpinan perusahaan Arab Saudi tersebut mengetahui rencana penggunaan marmer untuk pembangunan Masjid Nabawi di Madinah dia pun menolak untuk dibayar.
“Saya tidak akan menerima 1 Riyal pun. Allah yang membuat saya membeli marmer ini dan melupakannya, itu artinya marmer ini memang sudah ditakdirkan oleh Allah harus digunakan untuk Masjid Nabawi,” ujarnya.
SUMBER: ISMA TIMES, www.medcom.id
- Anda mencari paket umroh di pekanbaru riau yang memenuhi semua kebutuhan anda?
- Anda mencari informasi biaya paket umroh di pekanbaru riau yang sesuai dengan budget anda? silahkan klik gambar dibawah.
