Apakah Sama Pahala Sholat di Masjidil Haram dan Tempat Lainnya di Mekkah?

Tanah haram Makkah adalah tempat yang mulia. Salah satu keutamaannya adalah bahwa pahala shalat di masjid di tanah tersebut akan dilipatgandakan. Khusus untuk tanah haram di Makkah, diketahui bahwa pahala shalat di Masjidil Haram adalah 100.000 kali lipat dari shalat di masjid lainnya.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, dari Jabir:

“Shalat di masjidku (Masjid Nabawi) lebih utama daripada 1000 shalat di masjid lainnya selain Masjidil Haram. Shalat di Masjidil Haram lebih utama daripada 100.000 shalat di masjid lainnya.” (HR. Ahmad 3/343 dan Ibnu Majah no. 1406, dari Jabir bin ‘Abdillah.

Apakah pahala shalat di seluruh tempat di Makkah berlipat-lipat sama dengan shalat di Masjidil Haram itu sendiri? dalam masalah ini ada 2 pendapat.

Pendapat Pertama

Para ulama yang duduk di Komisi Fatwa di Kerajaan Saudi Arabia, Al Lajnah Ad Daimah menjawab,

Dalam masalah ini, ada silang pendapat antara para ulama. Pendapat terkuat, berlipatnya pahala berlaku umum di seluruh tanah haram (di seluruh Makkah). Karena dalam Al Qur’an dan As Sunnah, seluruh tempat di Makkah disebut dengan  Masjidil Haram.

Fatwa Al Lajnah Ad Daimah no. 6267, pertanyaan keempat. Yang menandatangani fatwa ini: Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdillah bin Baz selaku ketua, Syaikh ‘Abdurrozaq ‘Afifi selaku wakil ketua, Syaikh ‘Abdullah bin Ghudayan dan Syaikh ‘Abdullah bin Qu’ud selaku anggota.

Pendapat Kedua

Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin berpendapat bahwa pahala di masjid-masjid kota Makkah tidak seperti di Masjidil Haram, dan pahala berlipat ganda hanya di Masjidil Haram yang lama serta tambahan perluasannya, berdasarkan sabda Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: (صَلاَةٌ في مَسْجِدِي هذَا أَفْضَلُ مِنْ أَلْفِ صَلاَةٍ فِيْمَا سِوَاهُ إِلاَّ مَسْجِد اْلكَعْبَةِ) رواه مسلم

“Shalat di masjidku ini lebih utama seribu kali shalat di masjid lainnya kecuali masjid Ka’bah.”[1]  [HR. Muslim].

Beliau menentukan hukumnya khusus pada masjid yang ada Ka’bahnya dan masjid yang ada Ka’bah nya hanya satu.

Dan sebagaimana keutamaan khusus di masjid Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam (Masjid Nabawi), maka ia khusus dengan Masjidil Haram juga, dan hal ini ditunjukkan oleh hadits Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: (لاَ تُشَدُّ الرِّحَالُ إِلاَّ إِلَى ثَلاَثَةِ مَسَاجِدَ: اْلْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَمسْجِدِي هذَا وَالْمَسْجِدِ اْلأَقْصَى) متفق عليه

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Tidak ditambatkan tunggangan kecuali kepada tiga masjid : Masjidil Haram, masjidku ini (Masjid Nabawi), dan Masjidil Aqsha.”[2]   

Dan sudah diketahui bahwa jika kita menambatkan tunggangan ke salah satu masjid di kota Makkah selain Masjidil Haram niscaya hal itu tidak disyari’atkan, bahkan dilarang. Yang ditambatkan tunggangan kepadanya itulah yang berlipat ganda pahalanya.

Akan tetapi shalat di masjid-masjid kota Makkah, bahkan di semua tanah haram lebih utama dari pada shalat di luar tanah haram.

Dalilnya adalah bahwa tatkala Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam singgah/menginap di Hudaibiyah sebagian Hudaibiyah adalah masuk tanah haram dan sebagiannya di luar tanah haram, beliau shalat di tanah haram padahal beliau singgah (menginap) di luar tanah haram.

Hal ini menunjukkan bahwa shalat di tanah haram lebih utama, akan tetapi tidak berarti mendapatkan pahala khusus seperti di Masjid yang ada Ka’bah.

Jika dikatakan  : Bagaimana kita menjawab firman Allah Shubhanahu wa ta’alla:

قال الله تعالى: ﴿سُبۡحَٰنَ ٱلَّذِيٓ أَسۡرَىٰ بِعَبۡدِهِۦ لَيۡلٗا مِّنَ ٱلۡمَسۡجِدِ ٱلۡحَرَامِ إِلَى ٱلۡمَسۡجِدِ ٱلۡأَقۡصَا ٱلَّذِي بَٰرَكۡنَا حَوۡلَهُۥ لِنُرِيَهُۥ مِنۡ ءَايَٰتِنَآۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلۡبَصِيرُ ١﴾ [الإسراء: 1]

Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba -Nya pada suatu malam dari Al-Masjidil Haram ke Al-Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda kebesaran Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. [Al-Isra`/17:1]

Dan beliau dijalankan pada malam hari dari kota Makkah dari rumah Ummu Hani?

Jawabannya : Sesungguhnya diriwayatkan dalam shahih al-Bukhari bahwa beliau dijalankan dari Hijir Ismail, beliau bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: (بَيْنَا أَنَا نَائِمٌ فِى الْحِجْرِ أَتَانِي آتٍ…) متفق عليه

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:  “Manakala aku tertidur di Hijr, datanglah kepadaku seseorang yang datang…”[3] dst,

Dan Hijir adalah di Masjidil Haram. Atas dasar ini, maka hadits yang disebutkan padanya bahwa beliau dijalankan dari rumah Ummu Hani (jika riwayatnya shahih) maksudnya adalah permulaan isra` dan kesudahannya adalah dari Hijir Ismail.

Seolah-olah beliau diingatkan saat berada di rumah Ummu Hani, kemudian beliau berdiri, lalu tidur di Hijir, maka beliau dijalankan dari Hijir Ismail.

Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin- Majmu’ Fatawa wa Rasail (12/395).

[Disalin dari  هل مساجد مكة فيها من الأجر كما في المسجد الحرام؟ Penulis Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, Penerjemah : Muhammad Iqbal A. Gazali, Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad. Maktab Dakwah Dan Bimbingan Jaliyat Rabwah. IslamHouse.com 2011 – 1432]


Footnote
[1]  HR. Muslim 1396.
[2]  HR. Bukhari 1189 dan Muslim1397.
[3]  HR. al-Bukhari 3887 dan Muslim 164..

Referensi : https://almanhaj.or.id/35761-apakah-masjidil-haram-sama-dengan-masjid-masjid-lainnya-di-tanah-haram.html , https://rumaysho.com/1979-pahala-shalat-di-makkah-100000-kali.html

  • Anda mencari paket umroh yang memenuhi semua kebutuhan anda?
  • Anda mencari informasi biaya paket umroh yang sesuai dengan budget anda? silahkan klik gambar dibawah.

Artikel yang Direkomendasikan