Fakta Autentik Seputar Bangunan Ka’bah: Sejarah, Struktur, dan Keistimewaannya
Ka’bah berdiri tegak di jantung Masjidil Haram lebih dari empat ribu tahun, menjadi pusat ibadah jutaan manusia dari seluruh penjuru bumi.
Namun di balik kemegahannya, tersimpan sejarah panjang, rekonstruksi yang berulang, hingga kisah Hajar Aswad yang kini hanya tersisa beberapa bagian kecil.
Artikel ini merangkum fakta-fakta autentik berdasarkan riwayat sahih dan sumber klasik yang dapat dipertanggungjawabkan.
1. Asal-Usul Ka’bah: Dibangun oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail
Mayoritas ulama tafsir dan sejarawan sepakat bahwa pembangunan Ka’bah dilakukan oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail sebagaimana termaktub dalam Al-Qur’an:
“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan dasar-dasar Rumah itu bersama Ismail…”
(QS. Al-Baqarah: 127)
Sumber klasik seperti Ibn Ishaq dan Al-Azraqi menyebutkan bahwa fondasi Ka’bah sudah ada sebelumnya, dan Ibrahim membangun kembali bangunan tersebut di atas fondasi tua yang telah punah ditelan zaman.[1]
2. Struktur Awal Ka’bah Dinding Rendah dan Tidak Beratap
Menurut sejarawan abad ke-9 M, Al-Azraqi, Ka’bah pada masa Ibrahim memiliki dinding rendah dan tidak beratap.[2]
Struktur ini baru berubah ketika suku Quraisy merenovasinya menjelang kenabian Rasulullah ﷺ.
Ibn Ishaq menambahkan bahwa Ka’bah dibangun dari batu-batu gunung di sekitar Makkah dengan tinggi sekitar sembilan hasta pada fase awalnya.[3]

3. Renovasi Besar oleh Suku Quraisy (Sebelum Kenabian)
Renovasi besar terjadi ketika Rasulullah ﷺ berusia sekitar 35 tahun.
Ka’bah saat itu rusak karena banjir, sehingga Quraisy memutuskan membangun kembali dengan struktur yang lebih kokoh.
Peristiwa pengangkatan kembali Hajar Aswad oleh Nabi Muhammad ﷺ menjadi momen paling monumental pada fase ini.[4]
4. Hajar Aswad: Batu Surga yang Kini Menjadi Beberapa Pecahan
Saat ini, Hajar Aswad terdiri dari delapan pecahan kecil yang disatukan dengan bingkai perak.
Al-Azraqi mencatat bahwa Hajar Aswad retak dan terbelah menjadi beberapa pecahan akibat serangan Qaramithah pada tahun 317 H.[5]
Ibn Katsir juga mencatat bahwa ketika Hajar Aswad dikembalikan ke Makkah, batu tersebut sudah dalam keadaan pecah sehingga dipasangi bingkai perak untuk menahannya tetap utuh.[6]
Riwayat sahih juga menyebutkan bahwa Qaramithah memang mencabut Hajar Aswad dari tempatnya.[7]
5. Hijir Ismail: Bagian dari Ka’bah yang Tidak Termasuk Bangunan Quraisy
Banyak jamaah yang tidak mengetahui bahwa Hijir Ismail adalah bagian dari Ka’bah.
Quraisy tidak memasukkan area tersebut saat merenovasi Ka’bah karena kekurangan biaya halal.[8]
Hadits sahih menjelaskan hal ini:
“Wahai Aisyah, kalau bukan karena kaummu masih dekat dengan masa jahiliyyah, niscaya akan aku masukkan Hijir ke dalam Ka’bah…”
(HR. Bukhari no. 1585)
6. Multazam dan Keutamaannya
Multazam—area antara pintu Ka’bah dan Hajar Aswad—telah menjadi tempat mustajab untuk berdoa sejak masa Nabi ﷺ.
Al-Fakihi menyebutkan banyak riwayat tentang para sahabat yang berdoa sambil menempelkan dada dan wajah di tempat itu.[9]
7. Perubahan Struktur Ka’bah dalam Sejarah
Ka’bah telah mengalami banyak renovasi besar:
- Masa Nabi Ibrahim – Pembangunan awal
- Masa Quraisy – Rekonstruksi dengan peninggian dinding
- Masa Abdullah bin Zubair – Revisi bentuk mengikuti keinginan Nabi ﷺ
- Masa Abdul Malik bin Marwan – Mengubah kembali ke struktur Quraisy
- Era Ottoman & Saudi – Penguatan lantai, dinding, dan drainase
Setiap periode memiliki catatan rinci dalam kitab sejarah klasik.
Footnote:
[1] Ibn Hisham, As-Sirah An-Nabawiyyah, ed. Mustafa As-Saqqa, Juz 1, hlm. 59–60.
[2] Al-Azraqi, Akhbar Makkah, ed. Rušdi Ṣāliḥ Malḥas, Juz 1, hlm. 84.
[3] Ibn Ishaq dalam riwayat Ibn Hisham, As-Sirah, Juz 1, hlm. 62.
[4] Ibn Hisham, As-Sirah, Juz 1, hlm. 199.
[5] Al-Azraqi, Akhbar Makkah, Juz 1, hlm. 86–87.
[6] Ibn Katsir, Al-Bidayah wa an-Nihayah, Juz 11, hlm. 141.
[7] Al-Baihaqi, As-Sunan Al-Kubra, 5/203.
[8] HR. Bukhari no. 1585.
[9] Al-Fakihi, Akhbar Makkah, Juz 1, hlm. 340.
Daftar Pustaka:
- Al-Azraqi. Akhbar Makkah. Beirut: Darul Kutub Al-Ilmiyyah.
- Al-Baihaqi. As-Sunan Al-Kubra.
- Al-Fakihi. Akhbar Makkah.
- Ibn Hisham. As-Sirah An-Nabawiyyah.
- Ibn Ishaq. As-Sirah.
- Ibn Katsir. Al-Bidayah wa an-Nihayah.
- Koleksi Hadits Shahih (Bukhari-Muslim).

